chotto ki ni naru koto ga arimasu .

Kamis, 11 November 2010

Menyusuri Kota Perdamaian Hiroshima

HIROSHIMA secara historis memiliki tiga wajah, kota militer, kota jatuhnya bom atom, dan kini menjadi kota perdamaian. Saya , pada 19 dan 20 Oktober lalu, bersama kontingen wartawan dari beberapa negara yang mengikuti Mazda Brand Forum berkesempatan mengunjungi salah satu kota di Jepang yang pernah hancur akibat keganasan bom yang mengerikan itu.

Kini Hiroshima yang terletak di bagian barat Prefektur Hiroshima, bagian selatan wilayah Chugoku, barat daya Pulau Honshu sudah berubah total. Kota yang Hiroshima yang secara harafiah berarti 'pulau luas' ramai dikunjungi orang dari berbagai belahan dunia. Selain indah kota ini juga sebagai kota industri terutama otomotif bergengsi.

Tempat pertama yang dikunjungi saat tiba di Hiroshima adalah A-Bomb Dome (Genbaku Dome) dan Peace Memorial Park (Taman Monumen Perdamaian Hiroshima). Di monumen itu pemerintah setempat sengaja mempertahankan sebagian gedung yang tersisa akibat ledakan bom atom dan oleh Unesco diabadikan sebagai salah satu situs warisan dunia sejak 1996.

Monumen itu seperti punya roh dan menitipkan pesan kepada siapa saja yang mengunjunginya untuk dijadikan simbol harapan umat manusia terhadap berharganya perdamaian dunia dan bahayanya senjata pemusnah massal, bom atom itu.

Monumen Perdamaian Hiroshima terletak di sisi jembatan Aioi yang membentuk huruf T. Di tempat itu menceritakan sejarah Kota Hiroshima, yang dibangun sejak abad ke-16 dan menjadi kota militer.

Pada masa perang dunia kedua, sekitar 40% kota Hiroshima menjadi pusat fasilitas militer. Pelabuhan Selatan Hiroshima berfungsi sebagai tempat pemberangkatan utama tentara Jepang dan peralatan perang menuju medan tempur, terutama ke China.

Anehnya pada masa akhir perang, hanya Hiroshima yang luput dari serangan militer sekutu. Padahal hampir seluruh kota di Jepang dibombardir lewat udara. Sepertinya Amerika sudah menyiapkan Hiroshima untuk dijadikan target bom atom saja.

Sekadar mengenang kembali, pada 6 Agustus 1945, pesawat pembom Amerika yang bernama Enola Gay, menjatuhkan bom atom Little Boy di Hiroshima. Dengan sekejap, sebutir bom atom ini menewaskan 200 ribu penduduk dan sekitar 300 ribuan warga menderita luka dan cacat tubuh.

Suhu di pusat meledaknya bom atom ini diperkirakan sekitar 3.000 sampai 4.000 derajat Celcius. ''Saya waktu itu berumur 14 tahun dan bekerja sebagai buruh di pabrik pembuatan alat perang. Tanggal 6 Agustus itu hari libur, jadi saya tidak
harus masuk kerja. Saya tinggal di rumah yang letaknya sekitar 1,7 km dari pusat meledaknya bom atom. Saya melihat kilat menyambar dengan cahayanya yang dasyat. Orang yang berada di luar langsung terbakar mati. Setelah cahaya itu, terdengar bunyi dahsyat dan gempa yang besar. Rumah saya runtuh dalam sekejap,'' kata Setsuko Hattori dalam kesaksiannya yang
terpampang di museum.

Kemalangan warga Hiroshima bukan cuma saat bom atom meledak 600 meter di atas kota mereka. Namun pascaledakan juga membuat mereka menderita, seperti kisah Hiroko Yoshida, gadis cantik yang ketika itu berusia 18 tahun dan adik laki-lakinya yang bernama Yusaku.

Keduanya mengalami efek radiasi akibat bom atom. Yusaku tewas 18 hari kemudian. Sementara Hiroko tewas sembilan tahun kemudian akibat penyakit kanker. ''Kota ini hancur akibat kekejaman perang. Seluruh rakyat menderita. Tapi kami bangkit dan membangun kota ini kembali sehingga menjadi kota modern seperti yang Anda lihat sekarang,'' kata President Director Mazda Motor Indonesia Yoshiya Horigome dalam perbincangannya dengan saya.

''Tapi kalau Hiroshima tidak bom, mungkin Indonesia lebih lama untuk lepas dari penjajahan. Selama ratusan tahun kami menderita dijajah bangsa lain, dan hanya 11 hari setelah Hiroshima dibom, kami memproklamasikan diri sebagai bangsa yang merdeka,'' balas saya.

Hiroshima Castle
Tujuan pelesir selanjutnya adalah Hiroshima Castle yang letaknya hanya sekitar 500 meter dari Hotel Rihga Royal, tempat delegasi wartawan dari Indonesia, Malaysia, Thailand, Philipina, Kolombia, Ekuador, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, dan Afrika Selatan menginap.

Kastil ini terletak di sebelah timur sungai Honkawa dan dikelilingi oleh kanal. Di dalam kompleks kastil terdapat sebuah kuil Shinto bernama Hiroshima Gokoku Jinja. Kastil ini dibangun pada 1589 dan digunakan sebagai fasilitas militer.
Kastil aslinya telah hancur pada 1945.

Kastil rekonstruksi ini dibangun pada 1958 dan digunakan sebagai museum untuk memamerkan artefak sejarah. Kastil ini terdiri dari lima lantai. Lantai 1 hingga 4 digunakan sebagai museum. Sedangkan lantai 5 digunakan sebagai observation platform.

Dari lantai 5 ini kita bisa melihat ke 4 penjuru arah kota Hiroshima. Kastil Hiroshima dahulunya merupakan pusat kekuasaan daimyo wilayah han Hiroshima. Menara utama yang berwarna hitam seperti warna ikan koi dan parit di sekeliling istana yang banyak terdapat ikan koinya menjadi alasan kenapa kastil ini dikenal juga sebagai istana ikan koi.

Pusat belanja
Pada waktu makan malam, delegasi Indonesia diajak makan di sebuah restoran di kawasan Hondori Street. Hondori Street adalah pusat perbelanjaan dan hiburan terbesar di Hiroshima.

Selain toko dan restoran tersebar di sana, terdapat pula kasino dan tempat hiburan untuk orang dewasa. Kenyamanan menyusuri kota Hiroshima bukan saja karena kotanya yang bersih, namun juga transportasi publiknya yang nyaman. Hiroshima memiliki sistem transportasi berupa trem yang dapat mencapai semua penjuru kota.

Faktor kenyamanan ini yang membuat Hiroshima terasa sangat damai, sesuai dengan julukannya, ‘Kota Perdamaian.’ Cobalah datang ke sana dan rasakan sensasi kota yang dibangun dengan konsep yang sungguh-sungguh modern serta nyaman. Jangan coba membandingkan dengan Jakarta yang masih berkutat pada persoalan banjir rutin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar